Minggu, 27 Desember 2009

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Dengan `menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pengasih lagi Penyayang. Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang menciptakan dan memelihara alam ini. Rahmat dan salam semoga di limpahkan kepada Nabi kita kekasih Allah Swt. Muhammad Saw yang akan mendapat idzin dari Allah untuk memberikan syafa'atnya dari Allah kepada umatnya.

Dengan rahmat dan pertolongan Allah Swt. Alhamdulillah saya telah menyelesaikan buku ini, yang berjudul "Menjaga Keutuhan Syariat Islam Tentang Puasa dan Idil Fitri", buku ini untuk dipersembahkan kepada Kaum Muslimin dan Muslimat, sebagai antisivasi agar Kaum Muslimin tetap tegar, istiqomah, waspada tidak tergoyahkan. Mengingat zaman sekarang Kaum Muslimin terutama dari golongan yang masih kurang pengetahuan Agamanya sedang menghadapi ribuan jaringan yang terus siap untuk mempengaruhi Kaum Muslimin, agar Kaum Muslimin bisa meninggalkan atau menggoyahkan akidah mereka, dalam Islam. Kita bersama para ulama dan Kaum Muslimin bersama-sama menjaga keutuhan Syari'at Islam tentang puasa dan Idil Fitri, agar tetap utuh tidak mengalami kerusakan.

Yang mendorong saya untuk menghadirkan buku ini, selain desakan dari kawan-kawan Guru Agama, agar menyusun buku ini. Juga saya sering menemukan pendapat-pendapat yang liar, yang hanya keluar dari pikiran-pikiran dan akal. sehingga dapat merusak keutuhan Syariat Islam. Temuan-temuan itu di antaranya ada yang mengatakan misalnya kata mereka.

1. Sebenarnya puasa itu hanya di wajibkan kepada orang-orang kaya, yang selalu serba kecukupan, tidak kurang sesuatu apapun. Adapun kita orang-orang miskin tidak di wajibkan puasa, karena kita orang-orang miskin selamanya berpuasa.

2. Puasa ditempat ramai seperti di kota, terasa sangat berat di banding dengan puasa di desa-desa atau di kampung. Puasa di kota selain banyak yang tidak puasa juga udaranya sangat panas, hal ini bisa memudorotkan orang yang sedang berpuasa. Karena itu menurut mereka puasa di kota cukup 15 hari saja, itu seimbang dengan puasa di kampong 30 hari.

3. Kata mereka, hari raya Iedil Fitri itu artinya kembali pada makan siang, bukan untuk mewah-mewah banyak makanan dan pakaian baru, puasanya menjadi terhapus tidak akan mendapat pahala.

Karena itu jika anda membaca buku ini, mudah-mudahan bisa merasa gamblang dan mengerti. Namun demikian saya juga manusia biasa, meskipun buku ini terus di control bersama kawan-kawan, tentu ada kesalahan yang tidak di sengaja, karena itu kepada Almukarom para Ulama dan Kaum Muslimin yang ada kesempatan membaca buku bila menemukan hal-hal yang di pandang salah/keliru, saya mohon dengan hormat agar anda dapat membetulkannya secara tertutup, Insya Allah saya siap untuk membetulkannya.

Semoga buku ini menjadi ilmu yang bermanfaat untuk kita semua amiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyusun